Selasa, 26 April 2016

GURU SEBAGAI PENASIHAT.

Sekolah tentu saja semua kenal dengan tempat ini, tidak asing lagi kita seseorang mengatakan akan pergi sekolah, akan menuntut ilmu kesekolah. Nah, disini sekolah merupakan tempat yang berperan sangat penting dalam proses menuntu ilmu. Disekolah ini terdapat juga banyak bagian-bagian ruangan khusus yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan, terutama yang sering kali disebut Kelas. Apakah kalian tau kelas? tentu saja, YA. Jadi kelas merupakan tempat dimana terjadinya berbagai aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok siswa untuk menuntut ilmu serta tempat guru untuk memberikan pembelajaran, membimbing siswa menjadi lebih baik lagi . Guru menjadi seorang yang akan menjalankan sebuah aktivitas belajar mengajar. Yang menjadi permasalah disini apakah Guru hanya berperan sebagai pembimbing siswa saja, atau sebagai teladan saja kepada siswa?
          Secara lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu, Guru  merupakan seorang yang menjadi model atau panutan untuk siswa(1). Peran guru disini sangatlah banyak, dimana Guru memiliki peran sebagai pembimbing, artinya sesorang yang mampu mengarahkan siswa untuk memahami suatu hal yang belum diketahuinya, menjadi tahu. Sehingga akan menimbulkan perubahan pada tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajarann ataupun pemahaman yang akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Adapula peran guru sebagai Teladan, artinya disini guru menjadi contoh, segala sikap, etika, dan kebiasaan yang dilakukan guru akan menjadi sorotan utama disekolah yang diperhatikan dan akan dianggap baik untuk ditiru oleh siswanya. Namun disini peran Guru yang sering kali dilupakan oleh siswanya adalah peran guru sebagai penasihat. Kenapa bias sering dilupakan? Ya, karena Guru sering dipandang sebagai seorang pembimbing dan teladan saja, dan peran guru sebagai penasihat sering tidak tampak dalam lingkungan sekolah. Hal itu disebabkan karena siswa menggagap yang seahrusnya memberikan masukan dataupun nasihat secara maksimal adalah wali kelas dan juga bimbingan konseling saja.  Padahal Guru sebagai pembimbing yang akan mengarahkan siswa harus mengetahui bagaiamana kesiapan siswa, keadaan siswa secara mental ataupun dalam lingkungan pergaulan yang sering kali akan mempengaruhi perilaku siswanya. Peran guru sebagai penasihat disini sebagai upaya untuk lebih mengenal bagaimana kepribadian seorang siswa yang menjadi anak didiknya, maka siswa sendiri harus mau terbuka dengan guru untuk dapat memperlihatkan peran guru sebagai penasihat bukan saja sebagai teladan yang membimbing perkembangan anak saja, namun guru harus mampu terbuka dan mampu untuk meberikan solusi terhadap maslah yang dihadapi oleh siswanya dengan lebih mendekatkab dirinya kepada siswanya didalam kelas.
                                    Berdasarkan hal tersebut sudah sangatlah jelas, bukan saja bimbingan konseling atau wali kelas saja yang berperan sebagai penasihat untuk siswanya, namun guru pengajar mata pelajaran diklelas pun memiliki andil yang sangat kuat, dimana untuk mempermudah guru mengenal siswa dikelas, ini juga termasuk proses untuk mengontrol siswa dikelas. Untuk Guru yang mengajar dikelas untuk terus menjalankan peran sebagai penasihat guna untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai untuk menentukan hasil belajar siswa juga. Terkadang masalah yang dipendam siswa dapat mempengaruhi semangat siswa untuk belajar, maka disinilah peran guru secara langsung untuk bersikap terbuka terhadap permasalahan yang dialami oleh siswa dengan terus melakukan interkasi yang mampu menjadi guru bukan saja seorang pembimbing ataupun teladan namun juga, Guru sebagai teman, sahabat ataupun keluarga untuk siswa.

REFERENSI:

(1). Suyono&Hariyanto.2011.Belajar dan Pembelajaran.Bandung.PT Remaja Rosdakarya.

Selasa, 12 April 2016

Tradisi Nyaik Di Dusun Peninjoan,Menjaga Keharmonisan Antar Warga Masyarakat



Oleh: Ni Nengah Ayu Intan Pratama

(1)
Agama merupakan sebagai landasan untuk seorang manusia meyakini satu keyakinan yang akan dilaksanakan untuk menjadi seorang yang religius ataupun beragama. Setiap agama diselurh wilayah  itu sendiri memiliki melahirkan banyak tradisi-tradisi yang diwariskan oleh para leluhur mereka.Namun karena kurangnya rasa ingin tahu orang terhadap tradisi itu, menimbulkan rasa kurang nyaman dan tidak terbiasa terkadang terkesan aneh bagi yang tidak mengetahui tradisi disetiap agama. Padahal disetiap tradisi itu memiliki makna yang sangat unik untuk diketahui oleh orang lain.
Bisa dilihat tradisi yang masih sangat dilestarikan di Dusun Peninjoan,Kecamatan Narmada. Tradisi ini dinamakan Tradisi Nyaik. Tradisi Nyaik ini merupakan tradisi yang sangat melekat pada keyakinan suku bali di Dusun peninjoan ini . tradisi ini digambarkan dengan makan bersama dengan alas daun pisang yang dibentuk memanjang . Pelaksanaan tradisi nyaik ini dilaksanakan setiap setahun sekali atau pada saat upacara keagamaan khususnya di Dusun peninjoan.
Proses awal dari tradisi ini dengan sama-sama mengeluarkan keperluan yang dibutuhkan misalnya daun pisang sebagai alas atas dan kelangsah( ulatan dari daun kelapa) sebagai alas paling bawah, selanjutkan warga lain bertugas untuk memasak nasi serta membuat lauk yang akan digunakan untuk tradisi ini. Tradisi Nyaik ini merupakan runtutan dari ritual keagamaan”Usaba Gumang Peninjoan’.Makna dari tradisi nyaik ini sendiri untuk ngelusur( meminta kesehatan), selain itu juga tradisi ini juga menggambarkan kerukunan serta keharmonisan  antar umatnya di Dusun Penijoan ini. Tidak adanya perbedaan kaya dan miskin disini. Jika dilihat dari segi sosial masyarakatnya tradisi ini sudah menanamkan nilai kerjasama/gotong royong dimana,warga sama-sama melakukan ngayah(membatu secara ikhlas) di pura Gumang Peninjoan agar lancarnya pelaksanaan ritual kegamaan tersebut.
Sebagai anggota masyarakat disini tentu saja harus merasa bangga atas apa yang telah diwariskan oleh para leluhur , yang telah meciptkan suatu tradisi begitu unik dan sangat melekat akan nilai gotong royong serta kerja sama antar anggota. Tradisi kita adalah tradisi yang indah, tradisi yang mejadi ciri dari setiap wilayah . Kita sebagai warga masyarakat seharusnya terus melestarikan kebiasaan yang sudah diwariskan oleh leluhur, dengan turut berpartisipasi dalam tradisi bukan malah acuh bahkan menggap tradisi itu tidak penting untuk dilaksanakan, lihatlah keunikan yang kita miliki yang tidak dimiliki oleh wilayah lain.

Referensi :
 (1) http://gumang-peninjoan.blogspot.co.id/2011/01/nyaik.html


Selasa, 05 April 2016

Pentingnya, Pengembangan Budaya “Mejejahitan” oleh Suku Bali.

kearifan lokal merupakan kebijakan manusia dalam mengembangkan keunggulan lokal yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional, Adapun kearifan lokal dapat dilihat dari Potensi Alam yang dimiliki Lewat program pendidikan berbasis potensi lingkungan, diharapkan tumbuh kearifan lokal dan karakter yang peduli lingkungan dan sebaliknya dapat memanfaatkan potensi lingkungan hidupnya. Orang yang arif adalah orang yang hidupnya harmoni dengan lingkungan seraya dapat memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan hidupnya dan orang yang berkarakter akan marah apabila lingkungan ekosistemnya dirusak.serta ada juga potensi manusia dimana potensi manusia itu berhubungan dengan kemampuan sesorang untuk melaksanakan, mengembangkan,apa yang diwariskan dan menjadi sebuah budaya yang menjadi kebiasaan.
        Pada suku bali sering didengar istilah mejejahitan, mejejahitan ialah suatu budaya yang wajib dilakukan oleh kaum wanita dan juga tidak dipungkiri juga pria juga mempunyai bakat mejejahitan.
Mejejahitan salah satu bentuk kretifitas orang suku bali yang memamfaatkan ciptaan tuhan, yaitu yang sering disebut: busung/janur.Dari satu bahan ini bias diciptakan berbagai macam bentuk kreatifitas yang digunakan sebagai prasarana dalam upacara keagamaannya.mejejahitan ini merupakan warisan dari orang terdahulu,bentuk dari hasil keatifitas itu disebut sebagai canang. Canang ini memiliki 8 sudut yang saling berhubungan satu sama lain yang diikat atau dilekatkan dengan menggunakan semat(bambu kecil kering), canang itu memiliki arti tersendiri yaitu sarana permohonan umat hindu kehadapan Sang Hyang Widhi ( berwujud ongkara) dan memohon kekuatan beliau dalam Manifestasi Sang Hyang Ista Dewata.
        Mejejahitan ini dilakukan setiap hari atau di waktu menjelang diadakan  upacara keagamaan, mejejahitan ini tidak bias dihilangkan ataupun diubah oleh apapun, sebab budaya ini adalah merupakan cirri khas serta hal wajib yang harus dilakukan oleh umat hindu.
        Namun berdasarkan kemajuan zaman, banyak dikalangan masyarakat bahkan lebih memilih untuk membeli sarana prasana upacara dibandingkan dengan melaksanakan budaya mejejahitan ini. Hal ini disebabkan karena ada sebagian yang enggan belajar mejejahitan, adapula yang bias namun tidak mengembangkan budaya itu. Padahal jika dilihat dari sisi positif, suatu kreatifitas yang sangat indah, jika seseorang sudah mahir tentu saja akan mendapatkan suatu kebanggan tersendiri.
        Dari sini dapat dilihat sungguh indah suatu potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah , yang tentu saja jika mampu dikembangkan akan menjadi potensi yang akan dikenal oleh banyak kalangan . Supaya tidak hanyak suatu budaya dalam bidang kreatifitas masyarakat hanya dinilai dengan kata” oh cumin ini, ya bagus “ namun suatu karya kreatifitas perlu dikembangkan sehingga masyarakat luar bias menilai karya dengan kata” luar biasa ‘hal yang terlihat tidak berguna ternyata diubah menjadi suatu hal yang luar biasa nilai keindahanannya.
referensi:
https://nenielse99.wordpress.com/2011/09/27/kearifan-lokal-budaya-bali/